Senin, 01 Juli 2013

Perkembangan Politik indonesia




Perkembangan Politik indonesia
 



Sebagai negara yang belum lama mengalami transisi demokrasi, Indonesia mampu menghasilkan demokrasi yang stabil dan dinamis, yang membawa kemajuan bagi rakyatnya. Akan tetapi, demokrasi Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan.

Hal ini diungkapkan oleh Ginandjar Kartasasmita, Anggota Wantimpres Bidang Pembangunan dan Otonomi Daerah, yang hadir dan menjadi  pembicara dalam Weatherhead Center for International Affairs (WCFIA) Fellows Alumni Reunion and Conferencedi Harvard University, Boston. Acara yang berlangsung pada 18 s.d. 20 April 2013 tersebut mengangkat tema utama Searching for Balance in an Unstable World.

Reformasi politik di Indonesia telah menghasilkan demokrasi yang stabil dan dinamis. Sebagai negara yang dapat dikatakan baru dalam melakukan transisi demokrasi, Indonesia telah menunjukkan bahwa demokrasi dapat berfungsi dengan relatif baik dalam menjaga stabilitas politik, mempertahankan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, ungkapnya saat menyampaikan paparannya dalam sesi yang bertema Political Reform and Economic Development, Sabtu (20/4/13).

Dalam sesi tersebut, hadir pula dua pembicara lainnya, yakni Profesor Jorge I. Domínguez, Ketua Harvard Academy for International and Area Studies yang berbicara mengenai Amerika Latin dan Anthony Brenton, mantan Duta Besar Inggris untuk Rusia yang berbicara mengenai Rusia. Bertindak sebagai moderator Kathleen Molony, Direktur Fellows Program WCFIA.

Ginandjar menunjukkan bahwa Indonesia kini merupakan negara demokrasi terbesar ke-tiga dengan pendapatan perkapita mendekati 4.000 USD menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-16  di dunia, anggota G-20, dan mampu meraih berbagai kemajuan positif seperti tercermin dalam berbagai indikator, termasuk pengurangan kemiskinan dan pengangguran. Pengalaman Indonesia dapat menjadi pembelajaran oleh karena di banyak negara demokrasi baru pembangunan ekonomi berjalan tersendat-sendat, seperti ditunjukkan oleh para pembicara lain mengenai pengalaman di berbagai negara Amerika Latin dan Rusia.

Lebih lanjut Ginandjar menjelaskan bahwa stabilitas dan kondisi regional yang kondusif juga turut mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indonesia adalah bagian dari kerjasama ekonomi dan politik regional yang dinamis, yakni ASEAN, yang pada tahun 2015 akan menjadi sebuah komunitas ekonomi.

Indonesia juga merupakan contoh negara yang berhasil menunjukkan kompatibilitas antara nilai-nilai Islam dan demokrasi barat, dimana kedua nilai-nilai tersebut dapat berjalan secara harmoni di dalam masyarakat.

Kegiatan konferensi tersebut sempat terganggu oleh kejadian pengeboman Boston Marathon. Maka Ginandjar mengawali presentasinya dengan mengungkapkan keprihatinan atas peristiwa tersebut dan menyampaikan bahwa Indonesia pun mengalami beberapa kali serangan teroris, dan menceritakan secara ringkas pengalaman Indonesia dalam menghadapi, menangkap, dan menghukum pelaku terorisme.

Sebelum menutup paparannya, Ginandjar mengungkapkan bahwa di tengah kemajuan signifikan yang diraihnya, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. “Berbagai masalah yang dihadapi Indonesia yakni penegakan hukum; penuntasan reformasi birokrasi; pemberantasan korupsi baik di lingkungan birokrasi maupun di lingkungan politik; menjadikan desentralisasi dan otonomi daerah berfungsi dengan baik; pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan; serta peningkatan konektivitas atau pembangunan infrastruktur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar