TUGAS 3 ETIKA
PROFESI AKUNTANSI
Nama : Abubakar Zulfikri
Npm : 20211055
Kelas : 4EB07
Isu
Signifikan Dalam Dunia Bisnis dan Profesi
LATAR
BELAKANG DUNIA BISNIS
Perubahan perdagangan
dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia
semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh?
Didalam bisnis tidak
jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang
berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah
demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah
menjadi binatang ekonomi.
Terjadinya perbuatan
tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya,
makin hari semakin meningkat. Tindakan mark-up, ingkar janji, tidak
mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam
maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabdian para
pengusaha terhadap etika bisnis.
Secara sederhana etika
bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena
bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis
dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnisyang dijalankan. Etika bisnis sangat
penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya.
Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum
sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.
Sebagai bagian dari
masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata
hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta
etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama
pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung
maupun tidak langsung.
Dengan memetakan pola
hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika
bisnis terwujud dalam satu pola hubunganyang bersifat interaktif. Hubungan ini
tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang
terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah
berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya
etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukumyang melingkupi dunia usaha terlalu jauh
tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan
hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya,
ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan,
karena peranti hukum dan aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian
yang seimbang.
Salah satu contoh yang
selanjutnya menjadi masalah bagi pemerintah dan dunia usaha adalah masih adanya
pelanggaran terhadap upah buruh. Hal lni menyebabkan beberapa produk nasional
terkena batasan di pasar internasional. Contoh lain adalah produk-produk hasil
hutanyang mendapat protes keras karena pengusaha Indonesia dinilai tidak
memperhatikan kelangsungan sumber alam yang sangat berharga.
1. BENTURAN KEPENTINGAN
Benturan kepentingan
adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan
ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama perusahaan.
Perusahaan menerapkan
kebijakan bahwa personilnya harus menghindari investasi, asosiasi atau hubungan
lain yang akan mengganggu, atau terlihat dapat mengganggu, dengan penilaian
baik mereka berkenaan dengan kepentingan terbaik perusahaan. Sebuah situasi
konflik dapat timbul manakala personil mengambil tindakan atau memiliki
kepentinganyang dapat menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk melaksanakan
pekerjaannya secara obyektif dan efektif.
Benturan kepentingan
juga muncul manakala seorang karyawan, petugas atau direktur, atau seorang
anggota dari keluarganya, menerima tunjangan pribadi yang tidak layak sebagai
akibat dari kedudukannya dalam perusahaan. Apabila situasi semacam itu muncul,
atau apabila individu tidak yakin apakah suatu situasi merupakan benturan
kepentingan, ia harus segera melaporkan hal-hal yang terkait dengan situasi
tersebut kepada petugas kepatuhan perusahaan. Apabila manajemen senior
perusahaan menetapkan bahwa situasi tersebut menimbulkan benturan kepentingan,
mereka harus segera melaporkan benturan kepentingan tersebut kepada komite
pemeriksa.
Berikut ini merupakan
berberapa contoh upaya perusahaan / organisasi dalam menghindari benturan
kepentingan :
1. Menghindarkan diri
dari tindakan dan situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.
2. Mengusahakan lahan
pribadi untuk digunakan sebagai kebun perusahaan yang dapat menimbulkan potensi
penyimpangan kegiatan pemupukan.
3. Menyewakan properti
pribadi kepada perusahaan yang dapat menimbulkan potensi penyimpangan kegiatan
pemeliharaan.
4. Memiliki bisnis
pribadi yang sama dengan perusahaan.
5. Menghormati hak
setiap insan perusahaan untuk memiliki kegiatan di luar jam kerja, yang sah, di
luar pekerjaan dari perusahaan, dan yang bebas dari benturan dengan
kepentingan.
6. Mengungkapkan dan
melaporkan setiap kepentingan dan atau kegiatan-kegiatan di luar pekerjaan dari
perusahaan, yaitu:
• Kepada atasan
langsung bagi karyawan,
• Kepada Pemegang Saham
bagi Komisaris, dan
• Kepada Komisaris dan
Pemegang Saham bagi Direksi.
7. Menghindarkan diri
dari memiliki suatu kepentingan baik keuangan maupun non-keuangan pada
organisasi / perusahaan yang merupakan pesaing, antara lain :
• Menghindari situasi
atau perilaku yang dapat menimbulkan kesan atau spekulasi atau kecurigaan akan
adanya benturan kepentingan.
• Mengungkapkan atau
melaporkan setiap kemungkinan (potensi) benturan kepentingan pada suatu kontrak
atau sebelum kontrak tersebut disetujui.
• Tidak akan melakukan
investasi atau ikatan bisnis pada individu dan pihak lain yang mempunyai
keterkaitan bisnis dengan baik secara langsung maupun tidak langsung.
8. Tidak akan memegang
jabatan pada lembaga-lembaga atau institusi lain di luar perusahaan dalam
bentuk apapun, kecuali telah mendapat persetujuan tertulisdari yang berwenang.
2. ETIKA DALAM TEMPAT
KERJA
Dunia kerja memang
menyimpan banyak sisi, secara positif orang memang menaruh harapan dari dunia
kerja yaitu untuk memenuhi keperluan hidupnya. Namun tuntutan pekerjaan pun
bila tidak dihadapi dengan baik dapat membawa tekanan bagi pekerja sendiri.
Menyikapi hal tersebut mungkin ada hubungannya dengan fenomena maraknya
kegiatan eksekutif bisnis mendalami nilai-nilai agama. Mereka mengikuti
aktivitas keagamaan seperti tasawuf, kebaktian bersama dan lainnya untuk
mengkaji dan mengaplikasikan nilai-nilai luhuryang selama ini kerap hilang dari
dunia kerja.
Kemerosotan nilai dalam
dunia kerja juga diakui oleh ahli filsafat Franz Magnis Suseno, bahwa etika
dalam tempat kerja mulai tergeser oleh kepentingan pencapaian keuntungan
secepat-cepatnya. Eika sudah tidak ada lagi dan kegiatanekonomi hanya
dimaknakan sebagai usaha mencari uang dengan cepat. Akibatnya, perusahaan
memberlakukan karyawan dengan buruk dan tidak menghormati setiap pribadi.
Etika dalam
profesionalisme bisnis. Ada dua hal yang terkandung dalam etika bisnis yaitu
kepercayaan dan tanggung jawab. Kepercayaan diterjemahkan kepada bagaimana
mengembalikan kejujuran dalam dunia kerja dan menolak stigma lama bahwa
kepintaran berbisnis diukur dari kelihaian memperdayasaingan. Sedangkan
tanggung jawab diarahkan atas mutu output sehingga insan bisnis jangan puas
hanya terhadap kualitas kerja yang asal-asalan.
Dalam pandangan
rasional tentang perusahaan, kewajiban moral utama pegawai adalah untuk bekerja
mencapai tujuan perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatanyang mungkin
mengancam tujuan tersebut. Jadi, bersikap tidak etis berarti menyimpang dari
tujuan-tujuan tersebut dan berusaha meraih kepentingan sendiri dalam cara-cara
yang jika melanggar hukum dapat dinyatakan sebagai salah satu bentuk “kejahatan
kerah putih”.
Adapun beberapa praktik
di dalam suatu pekerjaan yang dilandasi dengan etika dengan berinteraksi di
dalam suatu perusahaan, misalnya:
1. Etika Terhadap
Saingan
Kadang-kadang ada
produsen berbuat kurang etis terhadap saingan dengan menyebarkan rumor, bahwa
produk saingan kurang bermutu atau juga terjadi produk saingan dirusak dan
dijual kembali ke pasar, sehingga menimbulkan citra negatifdari pihak konsumen.
2. Etika Hubungan
dengan Karyawan
Di dalam perusahaan ada
aturan-aturan dan batas-batas etika yang mengatur hubungan atasan dan bawahan,
Atasan harus ramah dan menghormati hak-hak bawahan, Karyawan diberi kesempatan
naik pangkat, dan memperoleh penghargaan.
3. Etika dalam hubungan
dengan publik
Hubungan dengan publik
harus dujaga sebaik mungkin, agar selalu terpelihara hubungan harmonis.
Hubungan dengan public ini menyangkut pemeliharaan ekologi, lingkungan hidup.
Hal ini meliputi konservasi alam, daur ulang dan polusi. Menjaga kelestarian
alam, recycling (daur ulang) produk adalah uasha-usaha yang dapat dilakukan
perusahaan dalam rangka mencegah polusi, dan menghemat sumber daya alam.
3. AKTIVITAS BISNIS
INTERNASIONAL – MASALAH BUDAYA
Bagaimana cara dan
perilaku manusia melakukan sesuatu serta bagaimana suatu kelompok individu
membentuk kebiasaan. Kepemimpinan berperan sebagai motor yang harus mampu
mencetuskan dan menularkan kebiasaaan produktif di lingkungan organisasi. Maka
dengan demikian, masalah budaya perusahaan bukanlah hanya apa yang akan
dikerjakan sekolompok individu melainkan juga bagaimana cara dan tingkah laku
mereka pada saat mengerjakan pekerjaan tersebut.
Seorang pemimpin
memiliki peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan. Hal itu bukanlah
sesuatu yang kabur dan hambar, melainkan sebuah gambaran jelas dan konkrit.
Jadi, budaya itu adalah tingkah laku, yaitu cara individu bertingkah laku dalam
mereka melakukan sesuatu.
Tidaklah mengherankan,
bila sama-sama kita telaah kebanyakan perusahaan sekarang ini. Para pemimpin
yang bergelimang dengan fasilitas dan berbagai kondisi kemudahan. Giliran
situasinya dibalik dengan perjuangan dan persaingan, mereka mengeluh dan malah
sering mengumpat bahwa itu semua karena SDM kita yang tidak kompeten dan tidak
mampu. Mereka sendirilah yang membentuk budaya itu (masalah budaya). Semua
karena percontohan, penularan dan panutan dari masing-masing pemimpin. Maka
timbul paradigma, mengubah budaya perusahaan itu sendiri.
Budaya perusahaan
memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku etis, karena
budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang membimbing
tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya prilaku. Dan sebaliknya
dapat pula mendorong terciptanya prilaku yang tidak etis.
4. AKUNTABILITAS SOSIAL
Tujuan Akuntanbilitas
Sosial, antara lain :
a. Untuk mengukur dan
mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat yang
ditimbulkan oleh aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan produksi suatu
perusahaan
b. Untuk mengukur dan
melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup :
financial dan managerial social accounting, social auditing.
c. Untuk
menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan suatu
hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu
perusahaan.
Salah satu alasan utama
kemajuan akuntabilitas sosial menjadi lambat yaitu kesulitan dalam pengukuran
kontribusi dan kerugian. Prosesnya terdiri dari atas tiga langkah, diantaranya:
1. Menentukan biaya dan
manfaat sosial
Sistem nilai masyarakat
merupakan faktor penting dari manfaat dan biaya sosial. Masalah nilai
diasumsikan dapat diatasi dengan menggunakan beberapa jenis standar masyarakat
dan mengidentifikasikan kontribusi dan kerugian secara spesifik
2. Kuantifikasi
terhadap biaya dan manfaat
Saat aktivitas yang
menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan kerugian serta kontribusi
3. Menempatkan nilai
moneter pada jumlah akhir.
Tanggung Jawab Sosial
Bisnis
Dunia bisnis hidup
ditengah-tengah masyarakat, kehidupannya tidak bisa lepas dari kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu ada suatu tanggungjawab social yang dipikul oleh
bisnis. Banyak kritik dilancarkan oleh masyarakat terhadap bisnis yang kurang
memperhatikan lingkungan.
Banyak timbul perbedaan
pendapat mengenai bahwa tanggungjawab bisnis hanya terbatas sampai
menghasilakan barang dan jasa buat konsumen dengan harga yang murah, atau juga
ada yang mengatakan tanggungjawab bisnis adalah jangan mengambil keuntungan
besar, tetapi yang sewajarnya.
Dalam dunia bisnis juga
semua orang tidak mengharapkan memperoleh perlakuan tidak jujur dari sesamanya,
banyak praktik manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral
tinggi. Moral dan tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika
bisnis itu sendiri, karena masalahnya nilai etika hanya ada di dalam hati
nurani seseorang. Etika mempunyai kendali intern dalam hati, berbeda dengan
hokum yang mempunyai unsur paksaan ekstern. Akan tetapi bagi orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam
akan mengetahui bahwa perilaku jujur akan memberikan kepuasan tersendiri dalam
kehidupannya baik dalam duniawi maupun akhirat.
5. MANAJEMEN KRISIS
Manajemen krisis adalah
respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya
operasi bisnis yang telah berjalan normal. Artinya terjadi gangguan pada proses
bisnis ‘normal’ yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk
mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat dikategorikan
sebagai krisis.
Kejadian buruk dan
krisis yang melanda dunia bisnis dapat mengambil beragam bentuk. Mulai dari
bencana alam seperti Tsunami, musibah teknologi (kebakaran, kebocoran zat-zat
berbahaya) sampai kepada karyawan yang mogok kerja. Segala kejadian buruk dan
krisis, berpotensi menghentikan proses normal bisnis yang telah dan sedang
berjalan, membutuhkan penanganan yang segera (immediate) dari pihak manajemen.
Penanganan yang segera ini kita kenal sebagai manajemen krisis (crisis
management).
Saat ini, manajemen
krisis dinobatkan sebagai new corporate discipline. Manajemen krisis adalah
respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya
operasi bisnis yang telah berjalan normal. Pendekatan yang dikelola dengan baik
sebagai respon terhadap kejadian itu terbukti secara signifikan sangat membantu
meyakinkan para pekerja, pelanggan, mitra, investor, dan masyarakat luas akan
kemampuan organisasi melewati masa krisis.
Aspek dalam Penyusunan
Rencana Bisnis
Setidaknya terdapat
enam aspek yang mesti kita perhatikan jika kita ingin menyusun rencana bisnis
yang lengkap. Yaitu tindakan untuk menghadapi :
1. Situasi darurat
(emergency response),
2. Skenario untuk
pemulihan dari bencana (disaster recovery),
3. Skenario untuk
pemulihan bisnis (business recovery),
4. Strategi untuk
memulai bisnis kembali (business resumption),
5. Menyusun
rencana-rencana kemungkinan (contingency planning), dan
6. Manajemen krisis
(crisis management).
Penanganan Krisis
Pada hakekatnya dalam
setiap penanganan krisis, perusahaan perlu membentuk tim khusus. Tugas utama
tim manajemen krisis ini terutama adalah mendukung para karyawan perusahaan
selama masa krisis terjadi. Kemudian menentukan dampak dari krisis yang terjadi
terhadap operasi bisnis yang berjalan normal, dan menjalin hubungan yang baik
dengan media untuk mendapatkan informasi tentang krisis yang terjadi. Sekaligus
menginformasikan kepada pihak-pihak yang terkait terhadap aksi-aksi yang
diambil perusahaan sehubungan dengan krisis yang terjadi.
Dalam menghadapi krisis
dibutuhkan kepemimpinan yang efektif. Sang pemimpin mesti mengetahui tujuan dan
strategi yang jelas untuk mengatasai krisis. Tentu harus dilandasi oleh rasa
optimisme terhadap penyelesaian krisis. Mintalah dukungan dari semua orang, dan
tunjukkan bahwa perusahaan mampu menghadapi krisis yang terjadi ini dengan
baik. Tenangkan hati mereka. Ajaklah seluruh anggota organisasi untuk terlibat
dalam mencari dan menjalani solusi krisis yang telah disusun bersama.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar